Sunday, March 12, 2017

Gambaran Singkat Tentang Tanaman Kakao

Kakao merupakan komoditas perkebunan. Tanaman kakao yang ditanam di perkebunan padaumumnya adalah kakao jenis Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa atau kakao mulia), dan hibrida (hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo). Pada perkebunan–perkebunan besar biasanya kakao yang adalah jenis mulia (Tumpal H.S.Siregar, dkk., 2003).

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk  pohon,di alam dapat mencapaiketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari5m tetapi dengantajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.
Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceaelainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namunnampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap,afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari. Bunga siapdiserbukidalam jangka waktu beberapa hari.Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sisteminkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan).
Walaupun demikian, beberapa varietas kakaomampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jualyang lebih tinggi. Jenis komoditi kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya dibedakanmenjadi dua kelompok besar:kakao mulia("edel cacao") dan kakao curah("bulk cacao").Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa.
Varietas penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaanyang dilakukan pada masa kolonial Belanda,dan dikenal dari namanya yang berawalan "DR" (misalnya DR-38). Singkatan ini diambildari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi (Djati Roenggo, di daerahUngaran,Jawa Tengah). Varietas kakao mulia ber  penyerbukan sendiridan berasal dari tipe Criollo.Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari varietas-varietas yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya rendah,meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandunganlemaknya.
2.2 Kondisi kakao di Indonesia
Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada tahun 2002, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimanasebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negaraserta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jaw Tengah.
Keberhasilan perluasan areal tersebut telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Indonesia berhasil menempatkan dirisebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (Cote d’Ivoire) padatahun 2002, walaupun kembali tergeser ke posisi ketiga oleh Ghana pada tahun 2003.Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensialyang cukup besar untuk pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di IrianJaya, Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah Maluku dan Sulawesi Tenggara.Disamping itu kebun yang telah di bangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini kurang dari 50% potensinya.
Di sisilain situasi perkakaoan dunia beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit, sehinggaharga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao mempunyai arti yangstratigis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi maka perluasan areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal ini perlu mendapatdukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan produktivitas yang tinggi.
Melalui berbagai upaya perbaikan dan perluasan maka areal perkebunan kakao Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan diharapkan mampu menghasilkan produksi 730 ribu ton/tahun biji kakao. Pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsenutama kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut total areal perkebunankakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 jutaton/tahun biji kakao.
2.3 Kakao sebagai Komoditas Ekspor Indonesia
Kakao adalah komoditas ekspor Indonesia yang mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Perkembangan yang menyolok terjadi semenjak adanya krisis moneter. Pada awal krisis tahun 1998 ekspor kakao baru mencapai 266.270 ton (US$ 419,8 juta). Ekspor biji kakao kemudian terus meningkat, sehingga tahun 2001 lalu mencapai 438.775 ton., be¬rarti ekspornya mengalami lonjakan 64,8%. Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US dollar menyebabkan komoditas kakao Indonesia menjadi lebih bersaing dipasar ekspor dan di dalam negeri petanipun menjadi lebih bergairah mengolah kebunnya supaya hasil panennya meningkat.
Indonesia bisa terus meningkatkan ekspor kakao karena Indonesia hingga kini tidak menjadi anggota ICCO (International Cocoa Organization), sehingga tidak terkena pembatasan ekspor sehingga ekspor. Namun dengan melonjaknya ekspor tersebut, industri pengolahan kakao di dalam negeri menjerit kesulitan mendapatkan bahan baku dengan harga yang mema¬dai. Untuk mempertahankan operasi pabriknya mereka terpaksa mengimpor bahan baku tersebut.
Akibat tingginya harga kakao banyak produsen kakao olahan yang merugi, malah bebera¬pa di antaranya berhenti beroperasi. Pada tahun 2001 lalu impor kakao melonjak dua kali lipat lebih, dari 17.605 ton tahun sebelumnya menjadi 38.717 ton. Peningkatan itu menandakan produsen kakao olahan kesulitan memperoleh kakao biji didalam negeri sehingga untuk bisa terus berproduksi terpaksa mengimpor bahan baku tersebut. Didalam negeri sendiri industri hilir kakao yaitu industri makanan dan kosmetik, terus berkembang sehingga permintaan terhadap kakao olahan seperti cocoa butter dan cocoa powder juga meningkat.
Pesatnya ekspor kakao didorong oleh harganya yang terus meningkat di pasar internasional yaitu pada bulan September 2002 ini mencapai rekor tertinggi selama 15 tahun yaitu sebesar US$ 1.850 per ton. Menurut ICCO harga masih akan meningkat atau paling tidak bertahan karena pasok kakao di dunia berkurang akibat masalah dalam negeri yang dihadapi produsen utama kakao didunia yaitu Pantai Gading.
Besarnya permintaan terhadap produk kakao di dalam dan di luar negeri membuka peluang untuk investasi di sektor itu. Peluang ini ditunjang oleh kondisi lahan maupun iklim Indonesia yang umumnya cocok untuk tanaman ini.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Facebook

Powered by Blogger.

Ads Top

Popular

Definition List

Contact

Pages

Support